Tidak mengherankan jika setiap tahunnya harga batu bara selalu melambung. Mengapa harga batubara naik? Intip penyebab selengkapnya disini.
Kenaikan batubara terus mengalami lonjakan yang cukup fantastis. Pada Januari 2023 lalu, kenaikan sebesar 8,43 persen pada angka USD305,21 per ton yang sebelumnya sebesar USD 281,48 per ton pada bulan Desember 2022 lalu.
Apa penyebabnya?
Daftar Isi
Penyebab Mengapa Harga BatuBara Naik?
Kenaikan tersebut salah satunya dipicu karena terjadinya gangguan distribusi batubara di Australia sebagai salah satu pemasok batubara global di dunia.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menyebutkan salah satu penyebabnya yakni Cuaca bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya HBA. Lonjakan harga batubara Australia yang terjadi saat ini dikarenakan tingginya curah hujan yang menyebabkan terkendalanya angkutan batubara,”
Selain itu, adanya ongkos yang ditanggung oleh pembeli batubara ini diteruskan ke konsumen lewat naiknya harga energi, yang berujung pada inflasi di negara tersebut. Oleh sebab itu, sudah pasti menimbulkan krisis multi-dimensi di beberapa negara.
Arcandra Tahar sebagai Komisari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sekaligus Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan, setidaknya, penyebab kenaikan batubara tidak terlepas dari lima faktor yang menjadi petunjuk bagi pengguna komoditas, diantaranya :
1. Kenaikan Kebutuhan Listrik Negara India
“Pertama, India sebagai salah satu negara pengimpor batubara terbesar di dunia mengalami kenaikan kebutuhan listrik pada tahun ini. Kondisi ini diperparah oleh turunnya produksi batubara dalam negeri, akibat musim hujan yang di atas normal,” jelas Arcandra.
2. Energi pembangkit listrik terganggu di Eropa
Kedua, terganggunya ketersedian energi untuk pembangkit listrik dan pemanas di Eropa. Terutama, ketidakpastian suplai gas dari Rusia. Sekali lagi, krisis Rusia dan Ukraina menyadarkan kita terhadap dampaknya pada banyak sektor.
“Lebih jauh lagi, suplai listrik dari PLTA di negara-negara Skandinavia dan gangguan pembangkit nuklir di Perancis, telah menambah tekanan untuk mencari energi pengganti. Dengan sangat terpaksa pilihan jatuh pada penggunaan kembali PLTU. Sebagai contoh, pemerintah Jerman akan menghidupkan kembali 9 GW PLTU pada tahun ini,” terang Arcandra.
3. Penutupan Sejumlah Tambang Batubara Australia
Kabarnya, sejumlah kawasan tambang batubara di Australia direncanakan untuk ditutup dalam beberapa tahun ke depan. Dalam waktu dekat, hal ini menujukkan penawaran dan permintaan menjadi tidak seimbang karena permintaan tidak sesuai dengan penawaran.
Pasalnya, penutupan tambang-tambang yang selama ini batubaranya dibutuhkan oleh Jepang, Korea, Taiwan dan India, memberikan sinyal ke market, bahwa akan terjadi ketidakseimbangan supply–demand.
Sebab, batubara diperdagangkan kurang lebih sama seperti minyak, maka persepsi trader sangat mempengaruhi harga.
4. Perang Negara Rusia dengan Ukrania
Sejak tahun 2014, Rusia sudah menyatakan perang dengan Ukrania namun tahun 2022 silam, perang semakin memanas antara kedua negara tersebut.
Hal ini nyatanya memberikan dampak bagi produksi batubara dari Rusia mengalami penurunan.
Untuk dapat berproduksi, batubara yang semula ditujukan untuk kebutuhan negara Eropa, dialihkan ke wilayah timur Rusia.
Sayangnya, yang dibutuhkan bukan jenis thermal coal, tapi coking coal. Sehingga, tambang yang punya thermal coal, perlahan akan berhenti berproduksi.
5. Pergantian Presiden Kolombia
Terakhir, siapa sangka momen pergantian Presiden Kolombia dapat mengalami dampak kenaikan batubara sektor global. Negara Kolombia termasuk negara pengekspor batubara yang cukup berpengaruh. Karena itu, dapat terjadi kekurangan dari sisi suplai di masa depan, yang berimbas pada naiknya harga batubara saat ini.
Pasalnya, Presiden Kolmbia berjanji untuk tidak memperpanjang kontrak-kontrak penambangan batubara, dalam janji kampanyenya.
“Beliau akan menghormati kontrak yang sudah ada. Tapi, tidak akan memperbaruinya,” ucap Arcandra.
Kesimpulan
Setelah menilik paparan diatas, nyatanya kenaikan batubara dari tahun ke tahunnya memang tidak terlepas dari kebutuhan hingga konflik negara produsen.
“Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan manusia terhadap batubara masih sangat tinggi. Tapi, jangan sampai kita kehilangan fokus, dalam membangun lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Dengan demikian, para pengguna komoditas harus lebih cermat memanfaatkan peluang hal tersebut.
Sumber :
- Website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dalam artikelnya yang bertajuk “Imbas Gangguan Distribusi Batubara di Australia, HBA Januari 2023 Naik Jadi USD305,21 Per Ton”
- Website Rakyat Merdeka dalam artikelnya yang bertajuk “Ini 5 Penyebab Harga Batubara Naik Gila-gilaan,